Kabar cukup tak mengenakkan itu diterimanya beberapa hari yang lalu. Entahlah... pikiran dan jantungnya serasa berhenti sepersekian detik ketika adik perempuannya yang menjadi perantara kabar itu berbicara melalui sambungan telepon.
"Mbak, Dedek sakit." ucap sang adik dari seberang sana.
"Dedek? sakit? sakit apa?" balasnya dengan nada panik dan terkejut.
"Belum tahu mbak, tapi kemarin kata tante, Dedek muntah-muntah terus seharian." terangnya.
" Keadaannya sekarang bagaimana?" nada cemas dan khawatir belum lepas dari kata-katanya.
"sekarang Dedek masih dirawat di rumah sakit, tapi dia tidak mau diinfus, tubuhnya lemes dan tidak kuat untuk digerakkan." jelas sang adik lagi.
Dan percakapannya dengan sang adik itu terputus sampai disitu.
Beberapa hari dilaluinya masih seperti hari-hari sebelumnya. kuliah-tugas-kegiatan organisasi-kegiatan diluar kampus-kuliah lagi-tugas lagi dan selalu seperti itu. Hingga tanpa sengaja ia membuka sebuah folder di laptopnya. Wajah mungil itu tersenyum dalam balutan baju warna merah cerah. Senyum gigi kelincinya terlihat sangat lucu menggemaskan.Tanpa disadarinya ada sebulir cairan bening yang muncul dari sudut matanya. Entah mengapa saat ini ia sangat ingin merengkuh dan memeluk sosok kecil dalam layar laptopnya itu. Ingatannya melayang lagi tentang kabar dari sang adik beberapa hari lalu. "Bagaimana keadaan Dedek sekarang?" batinnya sambil mengusap cairan bening di pipinya.
"Kemarin sempet membaik, tapi tadi pagi panas dan lemes lagi." kabar singkat dari sang adik menambah rasa sesak di hatinya.
Dedek. Gadis kecil yang baru genap berumur satu tahun beberapa bulan yang lalu. Dia cerdas dan pintar. Kelakuan lucunya selalu bisa membuat rumah dipenuhi dengan gelak tawa bahagia. Walaupun tak jarang juga membuat rumah berantakan bak kapal pecah karena ulahnya. Matanya bening khas anak kecil. Dan dari mata itu dapat kita melihat bahwa hati dan jiwanya masih bersih.
Hmmm.... adik kecil yang lucu dan menyenangkan.
Dedek memang bukanlah adik yang berasal dari rahim yang sama dengannya dan sang adik perempuan. Tapi bahkan kasih sayang yang diberikannya untuk dedek jauh lebih besar daripada yang diberikan pada adik perempuannya. Dan seperti setuju dengannya, sang adik pun menyalurkan kasih sayang yang sama besarnya kepada Dedek. Bahkan seluruh anggota keluarga juga sangat menyayangi dan mencintai Dedek. Kehadiran Dedek laksana membawa cahaya kebahagian yang baru dalam kehidupan keluarganya.
Bayangan Dedek yang tersenyum melintas lagi dalam memorinya.
"Allah... tolong jaga Dedek dan berikan yang terbaik bagi Dedek. Tolong kembalikan senyum Dedek. Karena senyum itulah yang mampu menjadi sumber cahaya kebahagian kami semua. Aamiin."
Doanya disepertiga malam terakhir itu diakhiri dengan butiran hangat di pipinya dan secercah harapan baru bahwa sang Dedek kecil akan tersenyum pagi nanti.